detikTravel Community - Pulau Gili Ketapang di Probolinggo, Jatim, memiliki keunikan untuk traveler. Selain alamnya yang elok dipandang, di sini ada kisah kucing sebesar kerbau dan kambing pemakan Ketapang adalah pulau yang terletak di sebelah utara Kota Probolinggo, Jawa Timur. Banyak yang belum tahu keberadaan pulau Gili berasal dari bahasa Madura yang berarti mengalir. Mungkin, karena terombang ambing tak tentu arah di lautan yang menyebabkan tempatnya selalu berpindah pindah, makanya sulit untuk mendeteksi Gili Ketapang berada di sebelah utara Probolinggo. Tidak hanya sebagai tempat penyeberangan Pulau Gili juga menjadi salah satu pintu masuk menuju Gunung Terminal Probolinggo wisatawan bisa langsung menaiki angkot sampai stasiun, dan berjalan sekitar dua kilometer. Setelah itu Anda akan bertemu dengan Pelabuhan Tanjung Pulau Gili Ketapang, dibutuhkan sekitar 45 menit perjalanan dengan naik kapal nelayan dari Pelabuhan Tanjung Tembaga. Cukup dengan membayar nelayan dengan tarif Rp kencangkan sabuk pengaman, kapal pun mulai membelah lautan menuju Pulau Gili pertama saat sampai di Pelabuhan Gili Ketapang adalah kapal yang berjejer. Terdapat banyak sekali perahu nelayan yang bersandar di bibir pantai dengan berbagai ukuran. Mulai dari yang kecil sampai yang dimulai dengan mengitari dan mencari tahu seberapa besar Pulau Gili Ketapang. Ternyata hanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam non stop untuk kembali ke titik start perjalanan. Di sepanjang jalan akan ditemui banyak warga yang berbicara dengan bahasa Madura. Ya, penghuni pulau ini adalah orang Pulau Gili Ketapang adalah pelabuhan dan pantai berkarang yang berada di sebelah utara, perkampungan nelayan di sebelah timur dan selatan, terakhir pantai putih yang menjorok ke laut di sebelah barat pulau ini. Sunset di pulau ini juga tidak kalah indah dibandingkan dengan tempat-tempat putih dengan panorama laut luas berwarna keperakan memantulkan bias-bias sinar sang mahadiraja matahari. Satu persatu titik-titik lampu dari kapal nelayan yang berada di tengah laut mulai makan kertasBerawal dari keheranan saya tentang banyaknya kambing di Pulau Gili Ketapang, timbullah desakan batin untuk mencari tahu soal kambing. Menurut warga sekitar yang tak mau disebutkan namanya, jumlah kambing di sini mencapai angka yang fantastis yakni sebanyak ekor. Kambing-kambing ini dilepas begitu saja oleh pemiliknya dan hidup tanpa kandang. Alhasil banyak kambing-kambing yang berkeliaran di pinggir kita tahu, kambing-kambing layaknya memilih rumput sebagai makanan utama, tapi tidak dengan kambing di Gili. Di sini mereka makan kertas, mulai dari bungkus makanan, buku, koran, bahkan uang kertas menjadi santapan sehari-hari. Karena gejala-gejala yang tidak umum tersebut, dilanjutkan kepada kotoran. Apakah dengan mengkonsumsi kertas, bentuk dan warna kotorannya tetap atau berbentuk lain? Benar sekali, apapun makanannya, kotorannya tetap bulat, kecil, hitam dan banyak.'Kucing sebesar kerbau'Selain keanehan pada kambing, Pulau Gili Ketapang juga menyimpan misteri tentang keanehan hewan lainnya, yaitu kucing sebesar kerbau. Goa Kucing adalah salah satu objek wisata favorit di Pulau Gili dari cerita Syeh Maulana Ishaq, penyebar agama islam yang sempat mampir dan mendiami pulau ini untuk beberapa waktu. Syeh Maulana memiliki hobi aneh, yaitu senang memelihara kucing dalam jumlah tak lazim, bahkan sampai ribuan kucing. Terbayang bagaimana cara mengurusi kucing sebanyak itu? Belum lagi kalau kucing-kucing itu membuang kotoran serentak. Lama kelamaan, semakin banyaklah kucing di pulau puas bermain kucing dan menyebarkan agama. Tibalah saatnya untuk Syeh Maulana kembali ke peraduannya, meninggalkan Pulau Gili Ketapang beserta kucing-kucing kesayangannya. Isak tangis pun saat itu terjadi diikuti oleh menghilangnya ribuan kucing peliharaan Syeh Maulana sejak saat itu, setiap malam di kawasan Goa Kucing sering terdengar suara kucing tanpa pernah terlihat keberadaannya. Sekarang ini Goa Kucing malah dijadikan tempat untuk meminta petunjuk dan wangsit. Setiap malam Jumat Legi, banyak wisatawan mengunjungi tempat ini. Untuk sekadar ziarah, mencari jodoh, sampai tafsir mimpi dan meminta nomor mengunjungi Goa Kucing, penjaganya menyuruh saya untuk tidur di sana. Kabarnya kalau hati orang tersebut bersih dan tidur di sana maka saat tengah malam akan muncul sesosok kucing sebesar itu akan menghampiri dan tidur tepat disamping Anda. Setelah mendengar banyak cerita mistis tentang tempat itu, dengan sangat sukses membuat merinding dan mendirikan semua bulu kuduk. Bagaimana kalau kucingnya sebesar kerbau?Sungguh kejadian yang sangat lucu kalau kita terbangun tengah malam dan tiba-tiba di depan sudah menanti seekor kerbau bermuka kucing. Alhasil penawaran tidur di Goa Kucing secara ikhlas saya batalkan. Sepertinya syuting Dunia Lain di gua ini bisa memberikan cerita yang menarik dan menantang. Siapa yang berani?Keindahan dari sisi berbedaPasir putih, laut bening dan debur ombaklah yang terbayang pertama kali jika mendengar kata pantai. Namun, cobalah melihat dari sudut pandang berbeda. Keramahan dan senyum penduduk, berinteraksi dengan warga, sampai mata pencaharian pun bisa menjadi keindahan mengunjungi pulau ini, saya sempat diajak untuk ikut menjala ikan di tengah laut. Tanpa basa-basi, ajakan menggiurkan tersebut saya terima. Keberangkatan kapal dimulai pada pukul sore. Kapal besar yang diberi nama Maulana 2 ini perlahan meninggalkan pantai dan mengarungi ini dijalankan oleh tiga orang nelayan dengan tugas yang berbeda. Satu orang berada di dek bawah sebagai penjaga mesin. Anggota lainnya berada di dek atas bagian belakang sebagai pengemudi arah, dan terakhir bertengger di depan, berfungsi sebagai pengawas ikan dan penentu kebijakan kemana kapal akan bergerak, istilah kerennya kapten menyenangkan dari perjalanan ini adalah bagaimana kita bisa menyatu dengan masyarakat. Banyak pengetahuan bijak yang saya dapat selama berbincang di atas kapal, mulai dari ilmu perbintangan sampai listrik Pulau Gili Ketapang yang hidup hanya pada malam hari dan mati saat siang kurang lebih 9 jam kapal terapung di lautan, tiba-tiba terdengar komando "maju kencang" dari kapten kapal. Serentak kapal mulai ngebut menantang angin mengejar gerombolan ikan yang kelihatan seakan-akan bercahaya jika dilihat dari atas. Kapal oleng kiri dan kanan, berpacu dengan ikan dan lautan yang ganas. Jala pun diturunkan, kapal menukik, memutar, bahkan sesekali terangkat dan semua jala terpakai, kapal berhenti dan dimulailah ritual pengangkatan jala oleh semua penghuni kapal. Sukses besar, sekitar 40 keranjang ikan kita dapatkan malam fajar menyingsing, seolah menyuruh awak kapal kembali ke daratan. Perjalanan pulang dilalui dengan senyum sumringah menghiasi setiap wajah tanpa kenal disambut, ikan disetor kepada kapal dagang untuk dikirim ke Probolinggo. Sungguh pengalaman yang berharga, Pulai Gili Ketapang ikut menyumbangkan beberapa mozaik kehidupan untuk disusun di masa depan. Terima kasih Gili Ketapang beserta penduduknya.
Serigalaitupun lalu menatap anak kambing tersebut, dan ia berkata, "Saya mendengarmu, dan saya tidak mendendam pada apa yang kau katakan dan lakukan ketika kamu diatas sana, karena jika kau ada dibawah sini maka kau tidak akan berani berbicara seperti itu. Yang berbicara diatas sana aku anggap hanya atap yang berbicara dan bukan kau!." Cerita FiksiMemiliki teman sejati untuk berbagi kehidupan adalah hadiah terbaik dalam hidup. Teman sejati adalah teman yang akan selalu ada untukmu, apa pun yang terjadi. Bersama mereka kita bisa menjadi sendiri seutuhnya dan mereka akan tetap mencintaimu tanpa yang hebat tidak tergantikan oleh apapun. Mereka bisa menginspirasimu untuk tumbuh menjadi versi dirimu yang lebih baik. Nah, cerita pendek kali ini bisa menjadi motivasi dalam persahabatanmu. Yuk disimak dan praktikkan pesan moral yang tersaji! Di sebuah hamparan sawah yang luas, petani memanen hasil pertanian yang ditanam beberapa bulan sebelumnya. Sebagain besar petani membudidayakan padi sebagai tanaman pokok penduduk setempat. Selain bertani mereka juga beternak. Beragam hewan ternak yang digembalakan secara liar. Lahan perbukitan yang luas menjadi minat tersendiri berternak yang luas berdampingan dengan hamparan rumput diperbukitan menjadi pemandangan alami yang disajikan waktu panen tiba, kebiasaan penduduk setempat mengembalakan hewan ternaknya ke lahan mereka. Tentu setelah panen, ada sisa-sisa rumput liar, bulir, dan batang padi menjadi menu sebagian kambing, kerbau, dan burung-burung besar maupun kecil girang melihat limpahan makanan. Dari sinilah cerita mereka dimulai!Mula-mula hewan-hewan yang merumput dan mengais biji-bijian itu tidak berani mendekat kepada seekor Kerbau. Kerbau yang bertubuh besar dan kekar itu kelihatannya sombong. Sesungguhnya tidak! Kerbau itu suka bergaul, sopan dan ramah ramah. Hewan-hewan yang mengenalnya selalu dekat dan akrab dengan sang Kerbau. Burung pipit dan jalak biasa betengger di punggungnya. Kambing dan sapi pun sering ngobrol bersamanya."Bernyanyilah kamu, Pipit dan Jalak," kata sang Kerbau. Pipit dan Jalak itu pun bernyanyi bersahut-sahutan. Sang Kerbau duduk tenang sambil mengunyah rumput."Bernyanyilah kamu, Sapi dan Kambing," kata sang dan Kambing itu pun melenguh dan mengembik bersamaan. Sang Kerbau tersenyum. Ia suka mendengar suara yang indah dan lembut. Suara-suara itu seolah-olah memberinya kekhidmatan dan ketenangan. Suatu hari seekor gagak hinggap di sebuah pohon dekat sang Kerbau merumput."Gaaak...., gaaak..., gaaak...." Sang Kerbau bangkit dan membelalakkan mata ke arah suara itu. Ia tidak suka mendengar suara keras, parau, dan datar itu. "Hai, Gagak! Sudah kubilang jangan bersuara! Suaramu seperti drum pecah yang menggelinding, memekakkan dan memusingkan kepala."Ayolah pergi!" bentak sang KerbauGagak pun menyapa, "Aku hanya menanyakan, bolehkah berkenalan dengan kau?Gaaak..., gaaak..., gaaak...!" teriak Gagak."Tidak!" jawab Kerbau berparuh tajam dan berbulu hitam itu terbang menjauh. Suaranya yang serak makin lama makin lemah, dan akhirnya tidak terdengar oleh Kerbau. Barulah Kerbau merasa tenang, apalagi di sampingnya terdengar kambing, dan di punggungnya terdengar nyanyian pipit dan jalak siang, ketika hewan-hewan asyik menikmati makanan, tiba-tiba sang Kerbau meronta-ronta. Ia melompat, menggoyang kepala dan berkali-kali mengusap mata dengan kaki depannya. Hewan-hewan yang sedang merumput itu mengira sang Kerbau mengamuk, tetapi kemudian terdengar hewan kekar itu minta tolong."Tolooong..., tolooong....! Ada sesuatu yang menusuk mataku. Aku tidak bisa melihat apa-apa" teriaknya berkali kali."Apa yang terjadi atas dirimu, Kerbau?" tanya Sapi."Tiuplah mataku. Aku merasa sangat panas," kata Kerbau. "Ah, tak mau, ah! Aku takut penyakitmu menular ke mataku," jawab Sapi."Apa yang terjadi atas dirimu, Kerbau?" tanya Kambing."Jilatlah mataku, Kambing. Mataku kemasukan sesuatu, pinta Kerbau. "Ah, tidak mau, ah! Penyakitmu menular ke mulutku,” tolak Kambing. "Apa yang terjadi atas dirimu, Kerbau?" tanya Pipit dan Jalak."Patuklah mataku supaya benda yang menusuk-nusuk mataku keluar.""Ah, tidak mau, ah! Paruhku bisa patah karena benda itu," jawab kedua burung Kerbau berkali-kali menggosok-gosokkan matanya di pematang. Benda aneh itu tidak juga mau keluar. Kemudian ia berguling-guling di tanah sambil menangis meraung-raung. Raungan yang keras itu terdengar oleh gagak yang sedang melayang-layang di udara. Burung hitam itu segera mendekati asal suara itu. "Ternyata kau, Kerbau! Bahaya apa yang menimpamu?"tanya Gagak yang mencoba mendekati yang kesakitan itu diam saja. la tidak melihat siapa yang bertanya, tetapi ia tau hewan yang mendekatinya adalah Gagak. Sang Kerbau hanya bisa menangis menahan ras sakit. la tidak hirau dengan burung yang dibencinya itu. Burung gagak sangat kasihan melihat kerbau yang kekar itu menahan rasa sakit. la termenung memikirkan sesuatu. Tiba-tiba ia meloncat dan hinggap di kepala kerbau. Kemudian menunduk lalu mematukkan paruhnya ke mata Kerbau. Apa itu? la berhasil mengeluarkan rumput jerami yang melengket di mata Kerbau. Kerbau itu merasakan sakit matanya berkurang la mencoba mengerdip lalu perlahan-lahan membuka mata. Dilihatnya gagak yang dilarangnya bersuara itu berdiri di depannya."Hampir saja kamu buta. Jerami inilah penyebabnya, gaaak.... gaaak..., gaaak...!" kata gagak sambil memperlihatkan selembar jerami kering. "Maafkan aku, Gagak!" kata sang Kerbau. "Aku salah duga. Aku kira penampilan yang buruk, buruk pula sifatnya. Ternyata kaulah sahabat yang baik. Sahabat yang baik adalah sahabat dalam suka dan duka. Semua orang pasti ingin memiliki sahabat yang setia. Seorang sahabat sejati lebih dari sekadar teman. Persahabatan adalah hubungan pertemanan yang selalu ada saat suka maupun duka. Mereka yang memiliki sahabat sejati, pasti pernah memiliki kisah dan kenangan yang pernah dilalui bersama sang tak jarang masalah sepele menjadikan persahabatan tersebut renggang. Kendati begitu, persahabatan tangguh bisa melewati batas tempat dan terkadang harus berpisah, banyak cerita suka maupun duka bersama sahabat yang akan dan selalu membekas di hati. Sahabat sejati adalah mereka yang berbagi suka, duka, dan mau berjuang bersama-sama. Jadilah dirimu sendiri. Sahabat sejati pasti akan menerima kamu apa kasih sudah berkunjung dan membaca cerita fiksi insfirasi yang berjudul “Sahabat Sejati Kerbau”. Semoga dengan adanya cerita fiksi tersebut dapat memberikan sebuah hikmah positif bagi kita semua dan semoga memberikan pembelajaran dan saran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas situs ini. Semoga postingan yang disajikan bermanfaat untuk kita berkolaborasi dan tebarkan perilaku baik dengan membagikan postingan ini di media sosial kalian! Budayakan meninggalkan komentar dan sebarkan jika bermanfaat setelah membacanya. ipATfrU.